Jualan Follower dan Juga Like di Media Sosial Waspadalah Karena Bisa Dihukum
AntariInfo - Follower palsu maupun like palsu nampaknya sudah menjadi bagian dari media sosial dalam beberapa tahun terakhir ini. Menjadi bagian dari warganet yang sehari-hari kerap berinteraksi di Instagram, pastinya sering juga kan menemui akun yang jualan follower dan like. Bahkan tak segan-segan akun tersebut terkadang juga mampir singgah di kolom komentar sosmed kita.
Terkadang memang mengganggu sih dan tidak terlalu dianggap serius jika akun ada akun yang berjualan follower dan like mampir di kolom komentar. Tetapi, beda cerita jika di New York, Amerika Serikat. Aktifitas jualan follower dan like dianggap sebagai perbuatan yang melanggar hukum.
Melansir dari laman VIVA dan BGR pada tanggal 31 januari 2019, Jaksa Agung New York Letitia James mengumumkan pada hari Rabu pihaknya sudah mengambil langkah penyelesaian kepada perusahaan Devumi.
Devumi sendiri adalah agensi Marketing berbasis di New York yang memberikan jasa layanan meningkatkan media sosial seperti YouTube, Twitter, Facebook, dan masih banyak lagi lainnya.
Penyelesaian antara jaksa dan Devumi tersebut berbuntut keputusan mengenai menjual follower dan like palsu adalah ilegal di negara bagian New York. Langka ini pun juga pertama Kalinya yang diambil oleh penegak hukum terhadap praktik tersebut.
"Ketika orang dan perusahaan seperti Devumi terus menghasilkan uang dengan berbohong kepada orang Amerika yang jujur, kantor saya akan terus menemukan dan menghentikan siapa pun yang menjual penipuan online," kata James dalam sebuah pernyataan online.
"Dengan penyelesaian ini, kami mengirim pesan yang jelas bahwa siapa pun yang mendapat untung dari penipuan dan peniruan melanggar hukum akan dimintai pertanggungjawaban."
Selama ini, jasa dari Devumi dimanfaatkan oleh sejumlah selebriti terkenal guna membantu menambah follower medsos mereka.
Bisnis follower palsu adalah bisnis yang cukup menguntungkan, CNN telah mencatat juna Devumi memperoleh pendapatan sekitar $15 juta, tetapi publisitas negatif setelah pemberitaan di New York Times, membuat bisnis ini mengalami penurunan, hingga akhirnya ditutup.
Label: Jualan Follower Medsos, Teknologi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda